Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Berita

SAKERA – MARLENA Bukan Nama Pakaian Adat Madura

1060
×

SAKERA – MARLENA Bukan Nama Pakaian Adat Madura

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Bangkalan,Jurnal Hukum Indonesia.–

Banyak orang Madura utamanya di Kabupaten Bangkalan termasuk juga warga dari luar Madura masih sangat sering ditemukan menyebut nama pakaian adat tradisional Madura itu dengan sebutan “Sakera-Marlena”. Padahal, itu salah besar. Sakera-Marlena bukanlah nama pakaian adat etnis Madura, pada buku berjudul Pakaian Adat Tradisional Daerah Jawa Timur yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berangka tahun 1987 serta juga pada buku kain dan Pakaian Tradisional Madura yang dikeluarkan oleh Dinas Museum dan Sejarah tahun 1979 yang mana didalamnya berisikan tentang petunjuk dan macam-macam pakaian adat Madura dengan segala perlengkapannya tidak akan ditemukan juga nama pakaian khas Madura itu yang bernama Sakera-Marlena sepertihal nya kebanyakan masyarakat memyebutnya.

Example 300x600

Ditemui secara terpisah dikediamannya salah seorang budayawan Madura yang sangat sering mengikuti kegiatan budaya baik lokal maupun Nasional, KPP. Agus Suryoadikusumo sekaligus sebagai pemangku dinasti Madura ini juga menyatakan juga bahwa tidak ada pakaian adat Madura yang namanya Sakera – Marlena. Mas Agus sapaan akrabnya juga merasa sangat prihatin dengan pergeseran ini. Ditambah lagi dengan ditemukannya banyak sekali edaran di waktu-waktu tertentu dari lembaga-lembaga resmi pemerintah yang menuliskan nama pakaian adat etnis Madura tersebut dengan nama Pakaian Adat Sakera-Marlena. Sungguh sangat memprihatinkan, ditambah lagi dengan Dinas Kebudayaan yang tidak ada perhatian sama sekali, imbuhnya.

Untuk lebih jelasnya, Mari kita bahas pelan-pelan, biar lebih jelas dan mudah dipahami.

Sakera adalah seorang tokoh legendaris kelahiran Bangil Pasuruan Jawa Timur. Ia berprofesi sebagai mandor tebu disalah satu pabrik di desa Kancil Pasuruan. Dengan berlatar belakang gajinya yang tidak dibayarkan oleh perusahaan Belanda tersebut ketika itu, Ia kemudian berjuang melawan Belanda, hal ini terjadi sekitar permulaan abad ke-19. Sakera yang seorang mandor daerah melawan Belanda di perkebunan tebu Kancil Mas Bangil. Legenda jagoan bertumpah darah Bangil ini sangat populer di Jawa Timur utamanya di Pasuruan, kemudian kisah ini diangkat menjadi lakon ludruk dan disiarkan oleh media televisi Republik Indonesia tahun 1986, maka juga ikut dikenallah nama Sakera, Marlena, Brodin dan Mbok Baria di Madura.

Sakera bernama asli Sadiman dan merupakan golongan ningrat dengan strata MAS, setelah melakukan perlawanan kepada Belanda di perkebunan tebu di daerah Bangil tersebut. Sakera kemudian dikhianati oleh salah satu temannya sendiri dan ditangkap Belanda. Ketika Sakera didalam penjara, istrinya yang bernama Marlena kemudian dilakonkan selingkuh dengan Brodin, kemudian Brodin dibunuh oleh Sakera setelah bebas dari penjara.

Sakera meninggal di Pasuruan, tepatnya di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari. Daerah paling selatan di Kota Bangil.
Apa Itu Pakaian adat Madura?

Pakaian adat Madura itu ada beberapa macam, untuk pakaian adat hariannya diantaranya :
1. Pakaian adat Agungan
2. Pakaian Adat Kapotren / Panengnga
3. Pakaian Adat Etnis
Pada kesempatan ini, tim redaksi akan terfokus membahas tentang pakaian adat Etnis Madura?
Pakaian adat etnis Madura merupakan pakaian adat kerakyatan yang berwarna hitam longgar dan tanpa kancing baju, jadi bentuknya terpisah. Bawahannya menggunakan celana yang sangat longgar sehingga membuat gerak pemakainya sangatlah bebas tanpa kancing celana pula. Sedangkan untuk wanitanya memakai kebaya berbahan brukat tanpa kutu baru., berwarna merah cerah, umunya berwarna merah cabe (merah mencolok) dengan bawahan yang disebut “Samper” (Jarik) sebetis berwarna merah gelap.

Padanan pakaian ini digunakan dan diperkenalkan dalam acara ludruk yang disiarkan oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI) di era tahun 1982an dengan WD. Mochtar sebagai pemeran utama. Kisahnya juga sering dipentaskan oleh berbagai kelompok ludruk di Jawa Timur. Seiring masifnya hal tersebut, penggunaan pakaian adat etnik Madura dalam lakon tersebut perlahan-lahan bergeser dari asal usul nama aslinya. Ditambah lagi dengan masifnya para pedagang pakaian di pasar-pasar yang menggunakan istilah yang sama yaitu Sakera-Marlena (Pakaian yang digunakan Lakon Ludruk oleh Sakera dan Marlena serta Mbok Bariya).
Yang sangat membuat nista dan mengelus dada adalah para ilmiawan, para insan-insan cendikiawan yang berlabel guru sebagai ujung tombak ilmu pengetahuan justru memberikan informasi yang tidak akurat dan seakan-akan ikut-ikutan membenarkan sebuah kesalahan yang berdampak jauh lebih masif lagi, sungguh perbuatan dosa jariyah atas arus informasi yang salah tanpa adanya penyelidikan dan/atau penelusuran kebenaran terlebih dahulu, tapi justru ikut-ikutan yang seharusnya bukan merupakan sifat dasar dari cendikiawan. Terutama adalah guru-guru yang berasal dari luar Madura, yang terkadang justru juga mengampu pelajaran Bahasa Madura pula. Parahnya lagi, tidak sedikit juga yang berasal dari pribumi Maduranya sendiri juga ikut-ikutan akibat dari sudah kehilangan keMaduraannya secara perlahan-lahan

Jadi, Apa Nama Pakaian Adat Etnis Madura itu Sebenarnya?
Dalam buku petunjuk yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1987 dan sangat layakuntuk dipedomani juga buku petunjuk yang dikeluarkan oleh Dinas Museum & Sejarah tahun 1979 itu tidak satupun menyebutkan nama pakaian adat Madura itu dengan nama Pakaian Sakera atau Pakaiaan Marlena. Adapun nama asli dari pakaian adat etnis Madura tersebut adalah.
Untuk laki-laki
Nama Baju : Pesa’
Nama Bawahan : Gombor
Sesebutan pakaian adat ini adalah pakaian “Pesa’an”.
Sedangkan pada perempuannya adalah :
Nama Baju : Kebaya Rancongan
Nama Bawahan : Samper
Sesebutan untum pakaian adat ini adalah “Rancongan”, sedangkan di daerah timur (Pamekasan) juga dikenal dengan sebutan ” Tebba’an”.
Jadi, mulai sekarang, kalau ada yang bilang pakaian adat Madura itu Sakera-Marlena, mari kita bantu meluruskan dengan lembut. Sakera-Marlena itu bukan nama pakaian, tapi nama lakon ludruk yang berasal dari Pasuruan. Tentunya wanita-wanita Madura baik yang tradisional maupun modern sangatlah menentang karakter-karakter wanita yang dilakonkan oleh ludruk tersebut. Wanita Madura dengan masyarakatnya yang menggambarkan ikatan kekeluargaan dan religiusitasnya. Tentunya wanita-wanita Madura tidak akan meng-idolakan wanita dengan karakter seperti itu. Masih banyak tokoh-tokoh Madura yang sangat layak untuk menjadi idola masyarakat, baik dari segi skala perjuangan, keberanian tempur di medan laga atas nama bangsa dan negara, seperti Trunojoyo dan Pangeran Cakraningrat IV, ataupun darikalangan ulama’ seperti Sayyid Abdurrahman atau Pangeran Musyarrif yang mati syahid melawan penjajah di Arosbaya, serta perempuan-perempuan setia dan religius seperti Ratu Ibu Syarifah Ambami, Ratu Ayu Pamecutan, Dewi Ratnadi dan lain-lain.

Dengan memahami ini, kita jadi tahu bahwa budaya Madura itu begitu agung, luhur dan sanat layak untuk dipertahankan keasliannya. Semoga hal ini segera diangkat dalam buku-buku pelajaran berkearifan lokal sehingga generasi penerus dapat terlindungi dari gerusan zaman.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *