By: Achmad Milal Bidemi Santoso
Bangkalan, Jurnal Hukum Indonesia.-
Kita sedang hidup di zaman yang tidak terpikirkan oleh nenek moyang kita di seratus tahun yang lalu. HandPhone menjadi kemampuan kita, AI(kecerdasan buatan) menjawab pertanyaan kita, dan kita bisa terhubung dengan siapa saja yang ada di belahan dunia hanya dengan sekali klik. Teknologi berkembang dengan kecepatan yang luar biasa, seperti kuda liar yang hilang kendali. Tetapi dibalik semua kemajuan teknologi timbul sebuah pertanyaan besar yang menggantung di pikiran banyak orang: Apakah kemajuan ini akan menyelamatkan kita, atau justru menjadi ancaman terbesar yang menghancurkan peradaban manusia?
Teknologi memiliki sisi positif dan negatif yang harus kita ketahui, berikut;
Sisi Positif: Manfaat Teknologi Bagi Manusia
Teknologi telah memiliki banyak manfaat dalam banyak aspek kehidupan kita;
“Sebagai penyelamat Nyawa di Dunia Kesehatan.”
Mesin MRI(Magnetic Resonance Imaging) mendiagnosis penyakit dengan akurat, robot bedah melakukan operasi dengan presisi tinggi. Semua ini mengurangi angka kematian dan memberi lagi harapan untuk hidup lebih lama.
“Penghubung Dunia yang Tak Terbatas.”
Bayangkan pandemi COVID-19 tanpa internet. Adanya video call dan platform kerja daring menjaga roda ekonomi tetap berputar sekaligus membuat kita tetap terhubung dengan keluarga dan teman.
“Pemecah Masalah Global.”
Teknologi membantu melawan perubahan iklim; panel surya yang efisien, mobil listrik, hingga AI yang memprediksi cuaca ekstrem. Semua diciptakan untuk menyelamatkan bumi.
“Pintu Gerbang Pengetahuan dan Edukasi.”
Internet menyimpan hampir semua pengetahuan manusia. Siapa pun, dimana pun, dapat mempelajari keterampilan baru, mengakses kuliah dari universitas ternama, dan meningkatkan taraf hidupnya secara gratis. Singkatnya, teknologi menyediakan alat untuk mengatasi tantangan terbesar umat manusia.
Sisi Negatif: Ancaman Nyata Kemajuan Teknologi
Di balik manfaatnya, teknologi juga membawa risiko yang harus diwaspadai:
“Hilangnya Banyak Pekerjaan”
Mesin dan AI bisa menggantikan jutaan pekerja. Pertanyaannya: apakah kita bisa beradaptasi dengan cepat, atau justru akan terjadi pengangguran besar-besaran?
“Privasi Kita Terus Diawasi.”
Apapun yang kita lakukan di internet, seperti situs yang kita buka atau tempat kita kunjungi, bisa dicatat. Informasi ini sering dipakai untuk menunjukkan iklan yang cocok dengan kesukaan kita, bahkan bisa mempengaruhi pendapat kita tanpa sadar.
“Perang di Dunia Maya.”
Perkembangan teknologi membuat negara atau kelompok bisa menyerang lewat internet. Serangan ini bisa merusak sistem penting, seperti listrik, perbankan, atau komunikasi, tanpa harus mengirim pasukan ke medan perang.
“Dampak Buruk bagi Kesehatan Mental”
Meskipun kita terhubung secara online, banyak orang merasa kesepian. Media sosial sering membuat orang cemas atau merasa tidak percaya diri karena membandingkan hidup dengan orang lain.
Lalu, mana yang benar: Penyelamat atau Ancaman?
Jawabannya tidak pasti, dampak teknologi tidak selalu baik atau buruk secara mutlak. Segalanya bergantung pada, bagaimana teknologi itu digunakan dan siapa yang mengendalikannya.
Apakah kita menggunakannya dengan benar dan bijaksana?
Apakah peraturan mampu mengimbangi kecepatan untuk mengatur teknologi?
Apakah kita bisa mengelola teknologi dengan baik supaya tetap bermanfaat dan tidak menimbulkan ketergantungan berlebihan?
Kesimpulannya: perkembangan teknologi tidak bisa dihentikan, tapi juga tidak boleh ditakuti tanpa alasan yang jelas. Teknologi itu cuman alat. Bisa sangat membantu jika kita pakai untuk hal baik, tetapi bisa menjadi ancaman jika kita pakai sembarangan. Masa depan kita tergantung pilihan kita sekarang, mau pakai teknologi dengan benar dan bijak, serta tetap berpegang teguh nilai kemanusiaan di tengah kemajuan teknologi yang semakin modern.
Jadi, pertanyaan sebenarnya bukan lagi “Apa yang bisa teknologi lakukan kepada kita?” akan tetapi “Apa yang ingin kita lakukan bersama teknologi untuk masa depan kita?”
Sabtu, 23 Agustus 2025.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)
