Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Bangkalan

Peran Literasi dalam Membentuk Karakter dan Pola Pikir

669
×

Peran Literasi dalam Membentuk Karakter dan Pola Pikir

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Oleh: Alya Aulia Faiza

Bangkalan,Jurnal Hukum Indonesia.–

Example 300x600

Literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga keterampilan dalam memahami, mengolah, serta memanfaatkan informasi untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Di tengah perkembangan era digital saat ini, literasi menjadi salah satu pondasi penting dalam membentuk generasi yang berpikir kritis, kreatif, serta berkarakter. Melalui literasi, seseorang tidak hanya memperoleh ilmu pengetahuan, melainkan juga belajar berpikir logis, mengelola informasi secara bijaksana, serta mengembangkan kepribadian yang tangguh. Oleh karena itu, literasi memiliki peran besar dalam membangun karakter dan pola pikir baik individu maupun masyarakat. Karakter seseorang lahir dari nilai-nilai yang di terapkan dalam kehidupannya.

Literasi menjadi sarana penting untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Misalnya, membaca cerita, anak-anak dapat belajar arti kejujuran, keberanian, kerja keras, serta empati. Literasi juga menumbuhkan budaya integritas. Individu yang gemar membaca akan mencari kebenaran dari berbagai sumber sebelum mengambil keputusan. Sikap kritis ini membuat orang tidak mudah terpengaruh oleh berita hoaks atau informasi yang menyesatkan.

Selain itu, literasi juga menanamkan rasa tanggung jawab, sebab orang yang berpengetahuan luas akan lebih peka terhadap dampak tindakannya terhadap orang lain maupun lingkungan sekitar. Salah satu pengaruh nyata dari literasi adalah terciptanya pola pikir kritis. Individu yang terbiasa membaca, menulis, ataupun berdiskusi akan terlatih menganalisis, membandingkan, hingga menarik kesimpulan. Proses ini menjadikan cara berpikir lebih luas dan tidak mudah terpengaruh.

Sebagai contoh, seorang pelajar yang terbiasa membaca berbagai referensi tidak hanya memahami satu pandangan, tetapi mampu melihat masalah dari banyak sisi. Hal ini melatihnya untuk berpikir terbuka dan objektif. Tidak mudah menilai sesuatu hanya dari permukaan, melainkan melalui proses analisis yang mendalam.

Di samping itu, literasi digital yang berkembang pesat saat ini menuntut masyarakat agar cerdas dalam memilah informasi. Pola pikir kritis sangat dibutuhkan untuk membedakan mana informasi yang valid dan mana yang palsu, serta mana yang bermanfaat dan mana yang justru menyesatkan.

Dengan demikian, literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga bagaimana menerapkan pola pikir kritis dalam menghadapinya. Selain menumbuhkan pola pikir kritis, literasi juga berperan dalam mengasah kreativitas. Membaca beragam buku, artikel, maupun karya sastra mampu memunculkan gagasan-gagasan baru yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Sementara itu, melalui kegiatan menulis, seseorang belajar mengungkapkan ide yang imajinatif.

Kreativitas inilah yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan global. Sebuah bangsa yang melek literasi bukan hanya bangsa yang berpengetahuan luas, tetapi juga bangsa yang dapat melahirkan inovasi. Oleh karena itu, membangun budaya literasi sama artinya dengan menyiapkan generasi yang tidak sekadar unggul dalam bidang akademik, tetapi juga cakap dalam mencari solusi atas berbagai persoalan kehidupan.

Namun, kondisi literasi di Indonesia masih menghadapi banyak kendala. Berdasarkan hasil penilitian, tingkat minat baca masyarakat Indonesia relatif rendah dibandingkan negara-negara lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keterbatasan ketersediaan buku, minimnya sarana perpustakaan, hingga dominasi budaya digital yang sering membuat anak muda lebih tertarik pada hiburan dibandingkan bacaan yang bermutu.

Selain itu, tradisi membaca di rumah maupun di sekolah juga belum sepenuhnya terbentuk. Padahal, dukungan lingkungan sekitar sangat berperan dalam menumbuhkan budaya literasi. Anak-anak yang dibiasakan membaca sejak kecil dalam lingkungan keluarga akan lebih mudah mengembangkan kecintaan terhadap buku dan pengetahuan. Literasi memiliki posisi yang penting dalam membentuk kepribadian serta cara berpikir manusia.

Karena itu, menguatkan literasi tidak cukup dipandang sebagai usaha meningkatkan kemampuan membaca dan menulis saja, melainkan sebagai investasi besar bagi pembangunan bangsa. Apabila individu, keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah dapat bersinergi dalam menumbuhkan budaya literasi, maka akan lahir generasi penerus yang bukan hanya cerdas, melainkan juga berkarakter kuat dengan pola pikir yang maju.

Ahad, 14 September 2025.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)

Example 300250
Editor: IDHAM H.A
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *