Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Jakarta

Mencari Kebenaran: Pertemuan dan Perbedaan Jalan Tasawuf dan Filsafat

560
×

Mencari Kebenaran: Pertemuan dan Perbedaan Jalan Tasawuf dan Filsafat

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Penulis: Iis Ali

Jakarta, Jurnal Hukum Indonesia.–

Example 300x600

Dalam sejarah pemikiran manusia, pencarian terhadap “kebenaran” menjadi perjalanan intelektual dan spiritual yang tak pernah usai. Dua tradisi besar yang menaruh perhatian mendalam terhadap kebenaran adalah filsafat dan tasawuf. Keduanya lahir dari hasrat yang sama—memahami hakikat keberadaan dan tujuan hidup—namun menempuh jalan yang berbeda dalam metode dan pendekatannya.

Filsafat: Kebenaran sebagai Hasil Penalaran

Dalam filsafat, kebenaran dipahami sebagai kesesuaian antara pikiran dan realitas. Para filsuf berusaha mencapainya melalui rasionalitas, logika, dan argumentasi kritis. Bagi mereka, kebenaran harus dapat diuji, dijelaskan, dan dibuktikan.

Pertanyaan utama filsafat adalah: Apa yang benar? Bagaimana kita mengetahuinya?
Teori kebenaran berkembang dari berbagai sudut pandang—mulai dari korespondensi (kesesuaian fakta), koherensi (keteraturan dalam sistem pemikiran), hingga pragmatisme (kegunaan dalam praktik).

Kebenaran filosofis bersifat objektif dan universal, tidak bergantung pada pengalaman personal. Ia dicari melalui debat, analisis, dan kontemplasi intelektual.

Tasawuf: Kebenaran sebagai Penyingkapan Hakikat

Berbeda dari filsafat, tasawuf memandang kebenaran bukan sekadar diketahui, tetapi dihayati dan disaksikan. Dalam tradisi sufi, kebenaran tertinggi adalah Al-Haqq—salah satu nama Tuhan. Maka, mencari kebenaran berarti mendekat kepada Allah dengan menyucikan diri dari hijab duniawi.

Tasawuf menekankan ma’rifah (pengenalan batin), dzikir, dan penyingkapan (kasyf). Kebenaran tidak ditemukan melalui perdebatan, tetapi melalui perjalanan batin: tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), mujahadah (kesungguhan spiritual), hingga fana’ (lenyapnya ego dalam kehendak Ilahi).

Jika filsafat berkata, “Aku berpikir, maka aku ada,” tasawuf menjawab, “Aku lenyap, maka Dia nyata.”

Titik Temu dan Perbedaan

Walau berbeda jalan, tasawuf dan filsafat sama-sama mengakui bahwa kebenaran adalah puncak pencarian manusia. Namun, titik tekan keduanya berbeda:

Aspek Filsafat Tasawuf

Jalan Akal & logika Hati & pengalaman batin
Kebenaran Konsep & definisi Penyaksian (syuhud)
Tujuan Pengetahuan (knowing) Pengenalan (gnosis)

Filsafat mengajak manusia memahami kebenaran, sedangkan tasawuf mengajak manusia menjadi bagian darinya. Filsafat mengandalkan daya pikir, sementara tasawuf mengandalkan kejernihan hati.

Penutup

Pada akhirnya, pencarian kebenaran adalah jalan panjang yang bisa ditempuh dengan berbagai cara. Filsafat mengasah kesadaran rasional, tasawuf menajamkan kesadaran spiritual. Dalam masyarakat modern yang kerap terjebak pada data dan opini, kemungkinan besar keduanya perlu disandingkan: akal untuk memahami dunia, hati untuk memahami makna.

Kebenaran tidak hanya menuntut kita untuk berpikir, tetapi juga untuk jujur kepada diri sendiri. Sebab di antara berbagai jalan, kebenaran seringkali berdiam dalam keheningan batin yang paling dalam.

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *