Penulis: Asiqotul Zulfa
Bangkalan,Jurnal Hukum Indonesia.–
Isu kesehatan mental di kalangan mahasiswa menjadi topik yang semakin relevan dalam beberapa bulan terakhir. Padatnya beban akademik, tekanan sosial, masalah keuangan, dan adaptasi terhadap lingkungan baru merupakan faktor yang sering memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Sayangnya, tidak semua mahasiswa merasa cukup nyaman atau mampu mengakses layanan kesehatan mental profesional. Dalam kondisi inilah, peran konselor sebaya menjadi sangat penting sebagai bentuk dukungan awal yang mudah dijangkau dan lebih diterima secara sosial.
Siapa Itu Konselor Sebaya?
Konselor sebaya adalah mahasiswa yang telah dibekali pelatihan dasar mengenai konseling, empati, dan komunikasi aktif, yang kemudian bertugas memberikan dukungan emosional kepada teman-teman sebayanya. Mereka bukan psikolog atau terapis, melainkan pendengar yang aman, teman yang hadir, dan jembatan awal bagi mahasiswa yang sedang menghadapi masalah.
Peran Konselor Sebaya dalam Mendukung Kesehatan Mental
Di lingkungan kampus, konselor sebaya dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjaga dan meningkatkan kesehatan mental mahasiswa. Beberapa peran utamanya meliputi:
1. Menjadi Ruang Aman untuk Bercerita
Banyak mahasiswa enggan terbuka kepada orang tua, dosen, atau bahkan tenaga profesional. Konselor sebaya menyediakan safe space untuk bercerita, tanpa takut dihakimi atau disalahpahami.
2. Meningkatkan Kesadaran akan Pentingnya Kesehatan Mental
Melalui pendekatan informal dan akrab, konselor sebaya juga bisa menjadi agen edukasi mendorong mahasiswa lain untuk lebih peduli pada kesehatan mental dan tidak ragu mencari bantuan.
3. Menjadi Jembatan ke Bantuan Profesional
Jika dirasa masalah yang dialami teman sebaya cukup serius atau kompleks, konselor sebaya dapat mengarahkan mereka untuk mendapatkan bantuan dari psikolog kampus atau layanan profesional lainnya.
Kelebihan Konseling Sebaya
Beberapa alasan mengapa pendekatan konseling sebaya dinilai efektif di kalangan mahasiswa antara lain:
1. Lebih dekat secara emosional dan sosial
Mahasiswa lebih nyaman berbagi kepada teman yang dianggap “mengerti kondisinya”.
2. Minim stigma
Curhat ke teman terasa lebih ringan daripada pergi ke psikolog, yang kadang masih dianggap tabu oleh sebagian orang.
3. Aksesibilitas tinggi
Konselor sebaya biasanya mudah ditemui dalam kegiatan organisasi, komunitas, atau lewat program kampus.
Konselor sebaya merupakan bagian penting dari ekosistem dukungan kesehatan mental di lingkungan kampus. Meskipun bukan profesional, peran mereka sangat berarti dalam mendeteksi, mendampingi, dan mengarahkan mahasiswa yang sedang menghadapi tekanan mental. Kampus yang sadar akan pentingnya kesehatan mental seharusnya mulai membentuk dan mendukung program pelatihan konselor sebaya secara terstruktur. Karena terkadang, hal paling sederhana seperti kehadiran dan kesediaan untuk mendengarkan bisa menjadi bentuk pertolongan pertama yang paling dibutuhkan.
Kamis, 09 Oktober 2025.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)