Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Bangkalan

Kadinkes Klaim RSIA Aisyiyah Sudah Sesuai SOP, Tapi Nyawa Bayi Tak Tertolong

471
×

Kadinkes Klaim RSIA Aisyiyah Sudah Sesuai SOP, Tapi Nyawa Bayi Tak Tertolong

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

BANGKALAN,Jurnal Hukum Indonesia.-

Kasus meninggalnya seorang bayi di RSIA Aisyiyah Bangkalan masih menyisakan duka bagi keluarga korban dan tanda tanya besar. Meski Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Bangkalan, Nur Khotibah, menyebut seluruh tindakan medis yang dilakukan pihak rumah sakit telah sesuai dengan prosedur dan standar operasional (SOP), fakta di lapangan menunjukkan bayi tersebut tetap tidak terselamatkan.

Example 300x600

“Kronologi yang disampaikan ke saya sudah sesuai SOP, dan itu juga sudah dipresentasikan,” kata Nur Khotibah saat ditemui di kantornya, Kamis (2/10).

Kadinkes menjelaskan, rujukan pasien ke RSUD Syamrabu Bangkalan tidak dapat dilakukan karena rumah sakit tengah dalam proses pembangunan gedung baru dan kewalahan menangani lonjakan pasien.

“RSUD Syamrabu masih dalam tahap pembangunan, pasiennya juga banyak. Lagipula bayi harus dalam kondisi stabil dulu sebelum dirujuk, tidak bisa langsung dibawa karena berisiko di perjalanan,” terangnya.

Ia menambahkan, upaya rujukan sempat dilakukan ke RSUD dr. Soetomo Surabaya, namun seluruh alat penanganan untuk pasien neonatus (bayi baru lahir) saat itu disebut sedang terpakai.

“Sambil menunggu kepastian rujukan, dokter di RSIA Aisyiyah sudah melakukan pengawasan dan tindakan observasi,” tambahnya.

Namun saat ditanya mengenai penyebab pasti kematian bayi, Nur Khotibah sempat tampak ragu sebelum menjawab. “Kemungkinan karena gangguan pernapasan, diduga tersedak saat minum susu dalam posisi miring,” ujarnya singkat.

Sementara itu, Rifai, ayah bayi malang tersebut, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya terhadap pelayanan RSIA Aisyiyah. Ia menilai tenaga medis terlalu lamban dalam mengambil tindakan, padahal kondisi bayinya sudah kritis.

“Kaki dan tangannya sudah bengkak, tapi tetap didiamkan. Tidak ada tindakan cepat, kami menunggu hampir empat jam, sampai akhirnya anak saya meninggal. Apa mereka mau mengelak? Saya punya bukti dan saksi-saksinya,” ungkapnya dengan nada tegas saat ditemui di rumahnya, Sabtu (4/10).

Yang lebih menyayat hati, Rifai juga menuturkan bahwa di tengah kondisi genting itu, perawat justru sempat berfoto-foto dengan bayinya yang sedang kritis.

“Bayi saya masih kritis, tapi malah dijadikan momen foto oleh perawat dengan pakaian bayi. Di mana empatinya?” ujarnya dengan nada getir.

Rifai berharap tragedi ini menjadi pelajaran dan tidak terulang kembali.

“Saya berharap cukup anak saya yang menjadi korban. Jangan ada lagi bayi-bayi lain yang bernasib sama di rumah sakit itu,” pungkasnya.

(Bersambung)

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *